Battle City Memory


Selamat akhir pekan semua!!
Aku merasa sedih saat menulis postingan ini, karena hari minggu akan segera berakhir dan another busy week is on the way. Tapi tidak apa, setidaknya aku harus memanfaat setiap detiknya.

Aku tidak ada menyaksikan 1 kartun pun hari ini. Padahal biasanya aku selalu menghabiskan mingguku di depan TV, itu sudah seperti 10 tahun yang lalu. Sekarang hari minggu aku habiskan untuk guling-guling di kasur demi memulihkan kelelahan dari minggu yang telah lalu. Membuatku berpikir, "Jadi ini kehidupan saat dewasa". Kalau dulu juga biasanya aku menghabiskan hari mingguku untuk bermain game, tapi sekarang pun ketertarikanku terhadap game sudah berkurang. Benar-benar masa dewasa yang suram.

Bicara tentang game, saat ini cuman 1 game yang selalu aku mainkan dan itu adalah PES (Pro Evolution Soccer). Aku biasanya menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman untuk memainkan permainan itu. Awalnya aku tidak suka dengan game bola, tapi setelah bisa main, ternyata seru juga.

Jaman dahulu sekali, tepatnya saat aku masih duduk di kelas 2 SD, aku bertemu dengan sebuah game yang sampai sekarang masih aku anggap menarik meskipun sederhana tapi bermakna dalem. Game itu berjudul Battle City. Jaman dahulu aku gak terlalu bisa baca bahasa Inggris, jadi semasa SMP aku baru menyadari judul game tersebut. Tulisan judul gamenya juga dari batu bata gitu, cukup sulit dibaca.

Di malam yang menyedihkan ini aku ingin bercerita berhubungan dengan game yang penuh kenangan tersebut. Sebelumnya aku mau jelasin dulu seputar game itu. Battle City adalah game tentang tank-tank gitu yang bertujuan untuk mengalahkan semua tank musuh sebelum mereka menghancurkan garuda yang berada di sisi kita. Jadi seolah melindungi ratu gitu kalau dalam catur. Game ini ada di console NES atau yang jaman dahulu aku kenal sebagai VCOM. Sampai sekarang aku juga tidak tahu bagaimana sejarahnya nama NES ini akhirnya berubah. Aku pun baru tahu nama console VCOM itu aslinya NES semasa SMA.

Langsung ajam dulu sewaktu masih tinggal di kampung, aku punya seorang sahabat yang selalu menemaniku bermain. Bisa dibilang juga dia adalah sahabat pertama yang pernah aku miliki. Kami bahkan punya kode bahasa sendiri menggunakan isyarat tangan. Meskipun tinggal berjauhan, tapi kami bisa saling komunikasi hanya menggunakan tangan. Aku sudah lupa kalau dulu mataku setajam itu. hehe

Namanya adalah Fatman. Saat sudah belajar bahasa Inggris, aku baru merasa aneh dengan nama sahabatku itu, karena pada nyatanya sahabatku itu gak gendut (fat) sama sekali. Ya walaupun memang sih dia lebih berisi dibandingkan aku. Terakhir aku bertemu dengannya semasa SMP, dia juga masih belum segemuk namanya. Tapi serius, namanya memang Fatman. Entah apa maknanya.

Biasanya setiap siang sepulang sekolah aku dan Fatman ini selalu bermain bersama, hanya berdua. Berhubung dulu di kampung halamanku sedikit sekali anak kecilnya, jadi hanya dia sahabat yang aku punya. Saat cuaca sedang panas, biasanya bermain di bawah rumah panggungku, sedangkan kalau sudah sore biasanya kami bermain bola bersama anak-anak lain juga yang jumlahnya terbatas dan ditutup dengan berenang di sungai pegunungan yang kejernihan bisa aku rasakan di mulutku sampai sekarang, membuatku percaya kok dengan iklan Aq*a.

Dan jika hanya kami berdua, kami biasanya menghabiskan waktu bermain VCOM yang aku punya. Dan game yang selalu kami mainkan biasanya sama, yaitu Battle City. Karena cuma game ini yang bisa kami mainkan dengan benar bersama. Game ini kadang berhasil buat kami teriak-teriak hanya karena ratu kami terdesak oleh musuh.

Game tersebut sudah mengajari banyak hal pada hidupku, khususnya adalah tentang bagaimana aku tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Dalam game itu kami saling kerja sama untuk saling menjaga satu sama lain, berbagi nyawa ketika salah satu kami ada yang mati, juga berbagi senjata. Kami juga biasanya saling berbagi tugas, biasanya aku yang bertugas untuk menyerang di garis depan dan Fatman yang menjaga sang ratu. Dan saat nyawaku sudah sekarat, karena biasanya aku bermain dengan nekat, maka kami bergantian, dia yang serang, sedangkan aku yang menjaga sang ratu. Berapa kalipun aku mengenang saat kami bermain game ini, aku masih saja bisa selalu tersenyum. Benar-benar game yang penuh kenangan.

Alasan malam ini aku menulis tulisan ini pun karena aku rindu dengan sahabatku itu, yang sekarang sudah aku tidak ketahui kabarnya. Aku tiba-tiba teringat bagaimana dulu saat aku pergi meninggalkan kampung dan aku melihat mereka berangkat sekolah bersama tanpa aku.

Aku rindu saat bisa memainkan game Battle City ini dengan seseorang dan belajar bagaimana rasanya saling kerja sama, saling melindungi, dan saling berbagi kehidupan. Sampai saat ini, aku belum mendapatkan teman yang bisa memainkan game ini mengimbangiku dan bekerjasama dengan baik denganku.

Meskipun aku sudah banyak sekali memainkan game yang mungkin jauh lebih baik ketimbang game Battle City ini, tapi aku tetap merasa kalau Battle City tetaplah game terbaik yang pernah ada, bagaimana persahatan dan ikatan antara 2 orang benar-benar diuji.

Oh iya, rekor yang pernah aku pecahkan bersama Fatman adalah mencapai stage 90-an tanpa cheat dan aku ingat saat itu yang terakhir tersisa hanyalah Fatman sendiri dan aku sudah mati duluan kehabisan nyawa. Akhirnya ratu kami pun hancur karena dia kewalahan dengan kepungan musuh.

Baiklah, sebaiknya aku cerita sampai di sini saja, mataku mulai berkaca-kaca. XD

Selamat bertemu lagi di kesempatan berikutnya.

Cheerio!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Battle City Memory"

Posting Komentar