Anime Review : Ballroom e Youkoso (Welcome to the Ballroom)



Halo, halo semuanya! Jumpa lagi di sesi anime review! Ini sudah lama banget aku tidak menulis anime review lagi, sedih banget, akhir-akhir ini jadi kehilangan semangat menulis gitu. Tapi sekarang aku mau membiasakan untuk terus berkarya selama 21 hari dan menjadikannya kebiasaan rutinku, seperti teori yang dipakai sama om Deddy Corbuzier untuk membentuk suatu mindset atau sugesti dalam diri sendiri.

Oke, langsung aja, anime yang ingin aku tulis hari ini adalah anime sport. Yap, aku sudah jarang sekali sih nonton anime sport, seperti anime sport yang dulu sempat hits tuh semacam Kukoro no Basuke aja aku gak nonton tuh, karena memang biasanya yang ada di otakku itu Cuma anime romance aja. Tapi kali ini aku akhirnya ada kecantol sama anime sport unik, yaitu olahraga dansa ballroom.

Welcome to the Ballroom, itulah judul animenya kalau dalam bahasa Inggris, atau judul aslinya ボールルームへようこそ (Bōrurūmu e Yōkoso). Pertama kali tayang bulan Juli 2017, ya memang sudah lama sekali, sebenarnya sudah lama ingin menulis review-nya, tapi tidak kesampaian. Ceritanya diangkat dari manga karya Tomo Takeuchi. Animenya diproduksi sama Production I.G, studio yang sama membuat Shingeki no Kyoujin dan Haikyu!!


Ceritanya, em, emosionally related sih sama aku, mungkin karena itu aku bisa suka dengan anime ini. Anime ini tentang Tatara Fujita, anak kelas 3 SMP yang menjalani kehidupan yang membosankan, gitu-gitu aja dan tanpa masa depan yang jelas, sampai akhirnya dia masuk ke dalam dunia dansa ballroom kompetitif setelah pertemuannya dengan Kaname Sengoku, seorang instruksi tari, yang kemudian menyajaknya bergabung di Ogasawara Dance Studio.

Perjalanan karir Fujita di dunia ballroom dance benar-benar dimulai dari 0. Bahkan dia sampai membutuhkan waktu semalaman hanya untuk melatih gerakan dasar ballroom dance sampai melukai kakinya melakukan shadow dance. Semangat Fujita dalam berlatih ballroom dance sebenarnya bukan tanpa alasan, semangat itu muncul karena motivasinya dia bisa dansa dengan Shizuku Hanaoka, teman satu sekelasnya juga yang ternyata seorang pedansa profesional.


Namun dalam perjalanannya, sampai akhir season anime ini, Fujita tidak maju di kompetisi bersama Shizuku, dia malah bertemu dengan Chinatsu Hiyama, seorang wanita dominan yang sifatnya benar-benar berlawanan dengan Fujita yang cenderung feminim. Perbedaan ini yang kemudian menjadi puncak konflik anime ini (khususnya untuk season ini karena sepertinya manganya masih lanjut terus). Dan melihat bagaimana mereka mengatasi perbedaan ini benar-benar bikin semakin terpacu untuk melihat episode-episode berikutnya, mantap sekali.

Endingnya sih bagus, tapi yah masih kaya belum selesai gitu, kaya masih harus ada yang diceritakan lagi. Yah semoga saja season 2 benar-benar akan terealisasi suatu saat nanti, sangat aku nantikan tentunya. Selain konflik perbedaan itu, tentu yang menarik dari anime ini adalah bagaimana setiap karakter yang berdansa bisa mengeluarkan semacam aura semangat yang digambarkan dengan apik sekali hingga memberikan efek yang bisa dirasakan di tubuh orang yang menyaksikan anime ini. Aku saja setelah nonton anime ini bawannya pengen dansa juga, sambil nekat memegang tangan seorang wanita, memeluknya, memutar-mutarnya, lalu… bungkus! Haha Gak gak, becanda. Tapi beneran, efek semangatnya ini luar biasa, entah bagaimana penulis membuatnya, mungkin dengan semua percikan-percikan keringat tiap karakternya? Aku tidak tahu, tapi yang pasti aku bisa merasakan sendiri semangat itu.


Untuk tampilan grafis, anime ini mantep banget dah, khususnya untuk anime sport yang tentunya memperlihatkan detail fisik. Meskipun terkadang kita akan melihat bagaimana tubuh karakter digambar menjadi tidak proporsional, tapi entah mengapa tetap enak untuk dinikmati dan hal tersebut bisa menggambarkan bagaimana perasaan saat melakukan gerakan dansa tersebut, ini unik.

Soundtrack-nya diborong sama band yang lagi naik daun kala itu (dan mungkin sekarang juga), yaitu Unison Square Garder, band yang sulit sekali menemukan lagunya di Spotify (karena memang tidak ada). Band yang awalnya terdengar biasa saja, tapi kemudian beat semangatnya benar-benar menyatu dengan cerita, pokoknya cocok. Makin suka sekali dengan band ini khususnya setelah mereka mengisi soundtrack salah satu anime yang aku cinta, Sangatsu no Lion.

Kesimpulan! Nah, langsung aja dah tanpa berpanjang-panjang lagi, anime ini recommended, apalagi untuk kamu yang mungkin sudah kehilangan semangat hidup, coba deh nonton anime ini biar semagat lagi. Serius deh, setelah menyaksikan anime ini dan jika kalian menghayatinya, kalian pasti bawaannya pengen ikutan dansa juga. Sangat disayangkan ya season 2-nya yang masih belum ada kepastian aja sih, overall, dari segi cerita, segi grafis, musik, menurutku sudah cukup banget untuk memenuhi rasa haus akan anime sport yang begitu menggugah semangat.

Itu aja dulu untuk anime review kali ini, semoga bermanfaat dan aku harap kalian juga bisa menikmati anime ini seperti aku menikmatinya. Kalau aku ada salah kata atau salah review, bisa kalian komen di bawah deh koreksinya yang benar seperti apa. Sampai jumpa lagi di edisi anime review berikutnya. Bye bye.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Anime Review : Ballroom e Youkoso (Welcome to the Ballroom)"

Posting Komentar