Kita dan Bintang: Sebuah Kisah Dari 14 Tahun Lalu


Tidak terasa sudah 14 tahun lebih semenjak waktu itu. Entah mengapa tiba-tiba saja aku bisa mengingatnya. Sayang sekali ketika waktu itu aku masih belum memiliki kamera untuk mengabadikan bagaimana kami dulu. Tapi entah mengapa aku masih bisa mengingat gambaran jelasnya di kepalaku. Selain untuk menjaga agar ingatanku tetap baik, hari ini aku memutuskan untuk sedikit nostalgia dan mencoba abadikan kisah masa kecilku ini pada sebuah gambar sederhana ini. Semoga aku tetap bisa mengingatnya sampai tua kelak.

Malam itu, seperti biasa, setelah kami pulang dari tadarus alquran, kami berkumpul di depan rumahku sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Benar-benar malam yang indah, mengingat bagaimana kampung kami dulu dengan suasana yang begitu natural, jadi bisa melihat langit dengan jelasnya.


Ketika itu masih begitu hits mainan beyblade dan juga animenya yang diputar di RCTI. Dalam animenya, Beyblade memiliki jiwa sendiri yang bisa menunjukkan diri ketika beyblade-nya berputar. Di kampung kami juga waktu itu sangat tren mainan beyblade, dan aku dulu satu-satunya anak yang memiliki arena untuk memainkannya. Jadi sore hari setelah pulang sekolah biasanya berkumpul di rumahku untuk bertanding. Karena waktu itu beyblade yang satu-satunya berbahan besi, jadi aku tidak terkalahkan. Masa kecil yang indah, saat bermain beyblade kami bisa membayangkan sendiri dalam kepala bagaimana monster keluar dari dalam beyblade kami untuk saling bertarung.

Itu salah satu latar belakang mengapa kami suka melihat bintang. Aku lupa entah darimana dulu aku mendapatan pengetahuan kalau saat melihat bintang jatuh dan kalau kita memohon permintaan, maka akan terkabul. Aku pun menyebarkan itu juga kepada teman-temanku dan akhirnya mereka juga mengikuti paham sesatku itu. HAHA

Permintaan kami gak muluk-muluk, kami juga mengharapkan mendapatkan emblem beyblade yang jatuh dari langit sehingga saat memutar beyblade lagi, kami bisa melihat bagaimana monsternya bertarung. Kalau memikirkannya sekarang, itu rasanya konyol karena permintaan tidak terkabul semudah itu. Tapi imajinasi yang kami miliki saat itu benar-benar membuat semuanya lebih indah.

Semasa kecil aku memang masih belum begitu paham soal agama. Bahkan aku mencoba mencicipi bagaimana menjadi agama lain sebelum akhirnya fix dengan islam. Aku juga pernah mencoba memuja patuh seperti orang budha, kemudian menyalakan dupa yang akhirnya membakar habis kandang ayam orang. Kemudian dulu aku juga suka untuk ikut orang kebaktian di gereja.

Masa kecil yang indah. Aku harap dengan gambar ini, aku tidak akan pernag melupakan masa indah itu. Oh iya, gambar di atas, aku yang memakai topi, begitu semangat mencari bintang jatuh. Saat itu aku belum memakai kacamata, jadi aku bisa melihat langit dengan jelas. Sedangkan sekarang, untuk melihat bintang aku butuhkan kacamata.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kita dan Bintang: Sebuah Kisah Dari 14 Tahun Lalu"

Posting Komentar