Anime Review: Sangatsu no Lion (March Comes Like a Lion)


Halo, halo, halo, kembali lagi di anime review! Setelah cukup lama aku tidak menulis review ya. Kali ini aku mau menulis review anime yang menurutku istimewa, karena mungkin cuma aku yang bertahan untuk terus menyaksikannya di saat teman-teman yang lain mungkin sekarang lebih suka menyaksikan anime fantasi romansa, macam gitu. Terkadang aku merasa istimewa ketika tetap setia menyaksikan 1 anime yang peminatnya kurang ketimbang yang lain.

Oke, animenya berjudul cukup unik, 3-Gatsu no Lion, atau kalau dalam versi Inggrisnya menjadi March Comes Like a Lion. Seri ini ditulis oleh Chica Umino, yup, seorang mangaka wanita. Keren ya? Jadi teringat dengan Fullmetal Alchemist. Saat kalian pertama menyaksikan anime ini, pasti kalian akan bingung dengan hubungan judul dan ceritanya, karena aku pun demikian. Aku pikir malah anime ini semacam anime tentang sirkus singa gitu, ternyata aku salah besar. Anime ini bercerita tentang seorang pemain shogi profesional muda bernama Rei Kiriyama.

Rei Kiriyama, 17 tahun, yang semanjak kecil sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan seorang adik perempuannya dalam sebuah kecelakaan. Kemudian Rei diadopsi oleh teman dari ayahnya, seorang pemain shogi profesional. Dari kecil pun Rei sudah dilatih untuk menjadi seorang pemain shogi profesional. Di keluarga teman ayahnya itu, Rei memiliki seorang kakak tiri perempuan, Kyoko Koda, dan seorang adik tiri laki-laki. Kedua saudara tiri itu juga dilatih untuk menjadi seorang pemain shogi profesional oleh ayahnya, namun tidak bisa menjadi lebih hebat ketimbag Rei, hal ini kemudian merusak keharmonisan di dalam keluarga Koda. Hingga pada akhirnya Rei memutuskan untuk keluar dari keluarga Koda dan memilih untuk hidup sendiri.


Meskipun masih muda, tapi penghasilan dari menjadi seorang pemain pro shogi membuat Rei mampu membiayai hidupnya sendiri dan hidup mandiri di sebuah apartemen di kota Tokyo. Dalam kemandiriannya itu, Rei kemudian kenal dengan keluarga Kawamoto, yang terdiri dari sebagian besar wanita, Akari Kawamoto, wanita tertua di keluarga Kawamoto, kemudian ada Hinata, adik dari Akari, dan Momo, anak paling kecil dan imut-imut di keluarga Kawamoto. Keluarga Kawamoto banyak sekali membantu Rei, terlebih saat melihat bagaimana Rei tidak begitu mampu mengurus asupan makanannya sendiri. Keluarga Kawamoto juga telah berjasa menyelamatkan Rei dari kesendiriannya. Karena itu, Rei sangat ingin membalas jasa besar keluarga Kawamoto itu, khususnya saat Hinata sedang mengalami masalah bully di sekolahnya.

Dalam perjalananya bermain shogi, Rei juga jadi mengenal banyak teman dan lawan baru. Pertama ada Harunobu Nikaido, seorang pemain shogi pro yang seumuran dengan Rei dan memutuskan untuk menjadi rival. Kemudian Kai Shimada, salah satu lawan terberat Rei yang pertama yang kemudian menjadi gurunya. Masamune Goto, seorang pemain shogi pro yang dipacari oleh kakak tirinya, dan hal ini membuat Rei muak, berhubung Goto juga masih mempunyai istri sah yag sedang koma. Dan kemudian lawan terkuat Rei, Toji Soya, meijin shogi, atau kalau dalam catur tuh Grand Master shogi termuda dalam sejarah, bertahun-tahun belum ada yang bisa mengalahkanya. Dan masih banyak pemain shogi pro lainnya yang sudah tua dan menaruh banyak simpati kepada Rei.

Selain bercerita tentag bagaimana Rei dan keluarga Kawamoto, dan bagaimana Rei di dunia shogi, anime ini juga bercerita bagaimana kehidupan Rei di sekolahnya. Di SMP, Rei tidak mempunyai teman 1 pun dan sering membolos untuk berlatih shogi, hingga akhirnya guru yang dekat sekali dengannya, Yūsuke Takahashi, mengajaknya untuk bergabung dengan klub sains yang kemudian berganti nama menjadi klub sains dan shogi.

Jika kalian menyaksikan anime ini dari paling awal, kalian akan terasa banget betapa cerah endingnya. Awal-awal tayang, anime ini begitu gelap, begitu suram. Namun pada akhirnya kita akan melihat bagaimana semua hal suram itu berubah menjadi lebih indah, kita akan melihat bagaimana Rei mendapatkan sebuah kebahagiaan yang hakiki. Luar biasa pokoknya. Aku pun ikut tersenyum lebar ketika anime ini akhirnya mencapai ending.


Satu anime yang luar biasa, cukup dalam, dipenuhi dengan pemikiran kreatif, kita juga akan bayak disuguhi perumpamaan-perumpamaan yang unik dan tak terpikirkan, serta dibalut dengan kata-kata indah yang menginspirasi. Meski jalan ceritanya begitu santai, begitu lembut, tidak menggebu, tapi ada dibeberapa titik kalian akan merasa begitu terpacu dengan bagaimana semangat para karakter menghadapi masalahnya masing-masing. Anime ini telah membuka sudut pandang lain di hidupku, melihat dunia dengan cara yang berbeda dan penuh warna, meski hanya dari sebuah hal sederhana.

Gambarnya ciri khas mba Umino banget, untuk kalian yang sudah pernah menyaksikan anime Honey and Clover, pasti akan langsung mengenal anime/seri ini karangannya siapa. Sebuah gambaran yang unik dan cara penyampian yang khas sekali dari mba Umino. Ciri khas lain adalah soundtrack opening anime karangan Umino, kebayakan dibawakan oleh Yuki, hanya opening season terakhir yang dibawakan oleh band yang lagi hits sekarang, Unison Square Garden, dan menurutku itu adalah yang terbaik.

Segitu aja dulu untuk anime review kali ini yah, pesanku jika menyaksikan anime ini kalian harus sabar dan meresapi setiap pemikiran-pemikiran yang ada di tiap karakternya.

Semoga manfaat, dan aku harap kalian juga menyaksikan anime ini. Sampai jumpa di review berikutnya.

Cheerio!

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Anime Review: Sangatsu no Lion (March Comes Like a Lion)"