Pulau Miang: Trip 3 Hari 2 Malam Di Pulau Eksotis Di Teluk Sangkulirang

Aku kira perjalanan ke Pulau Miang, Sangkulirang—akan sangat membosankan dan penuh dengan ketidaksesuaian ekspektasi. Kami berangkat dengan harapan yang serendah mungkin, menghindari rasa kecewa setelah sampai di sana. Namun siapa sangka, liburan ini ternyata lebih seru daripada yang bisa aku bayangkan. Meskipun hal mengecewakan tetap ada, tapi hal menyenangkannya lebih banyak daripada yang bisa aku bayangkan. Banyak pengalaman pertama dan berharga yang kami dapatkan selama di sana.
Perjalanan di mulai pada tanggal 11 Mei 2025 sore, karena masih harus menunggu istriku pulang dari acara perpisahan sekolahnya. Dilanjutkan dengan perjalanan dengan menggunakan 2 mobil secara beriringan—kami total ada 7 orang.
Berangkat dari Sungai Keledang, Samarinda, pukul 17.00. Dilanjutkan dengan mengisi bahan bakar dan membeli beberapa kebutuhan yang kurang untuk memasak. Istirahat pertama adalah ketika magrib di Lempake, Samarinda. Selesai salat lanjut jalan lagi, kami putuskan untuk makan di jalan saja dengan jajanan, mengingat tidak membawa anak-anak, jadi masalah perut bisa bebas saja.
Perjalanan ke arah Bontang masih aman, jalanan juga masih belum ada yang rusak berarti. Istirahat kedua kami di simpangan Bontang-Sangatta. Sambil meluruskan pinggang dan beli bekal jajanan untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju Sangatta juga masih aman.
Istirahat ketiga kami lakukan di Simpang Perdau, Bengalon—untuk buang air dan sedikit meluruskan pinggang. Perjalanan menuju tempat ini sudah mulai melalui medan yang cukup menantang dan dengan penerangan yang minim. Berkali-kali juga harus berhadapan dengan kendaraan besar. Jalanan juga banyak yang rusak karena komposisi tanah yang sepertinya bergeser karena banyaknya tambang di Sangatta. Jalanan di Bengalon tergolong aman dan mulus. Ada beberapa daerah tampak banjir karena air laut pasang, tapi masih layak dilalui.
Perjalanan menuju penghujung menuju ke pelabuhan Pulau Miang. Sebelum mencapai pelabuhan, kami masih harus melalui medan perkebunan sawit yang jalanannya tidak aspal maupun cor, jadi masih berupa bebatuan kerikil dan tanah, tentu dengan tekstur tidak rata. Kecepatan maksimal pun hanya bisa 40 km/jam. Sempat beberapa kali tersesat karena di sini kami tidak ada sinyal dan belum men-download petanya, jadi lumayan kesulitan. Hanya bisa bergantung pada ingatan Hatta yang kebetulan sudah pernah ke Pulau Miang sebelumnya waktu jaman kuliah (2019). Sudah cukup lama, tentu jalanan juga sudah banyak berubah. Juga bergantung sama tanda jalan yang kadang tidak terlihat karena kurangnya penerangan di tengah perkebunan.
Jam 05.00-an akhirnya kami sampai di pelabuhan Pulau Miang, jadi sampai itu azan magrib pun berkumandang. Benar-benar sleepless night untuk bisa sampai ke Pelabuhan. Lanjut kami masih harus menunggu kapan penjemputnya sambil meluruskan pinggang dan memeriksa dan menyiapkan barang.

Sekitar jam 6 kapal jemputan pun datang. Sebuah kapal ketinting cukup besar. Setelah memuat semua barang kami pun berangkat menuju Pulau Miang. Di perjalanan melalui selat kecil itu kami harus menghadapi ombak besar, karena kebetulan pagi itu awan mendung dan angin kencang. Ombak setinggi kira-kira 1 m berulang kali menerjang kami. Istriku yang tentu tidak biasa menghadapi ini hanya bisa memejamkan mata sepanjang perjalanan dan berpegangan erat. Aku pun hanya bisa memperhatikan sekitar mencari benda yang bisa dijadikan penyelamat kalau terjadi apa-apa. Benar-benar pengalaman yang begitu mendebarkan. Berhubung sebelum berangkat kami sudah diperingatkan oleh nakhodanya untuk tidak berteriak, setelah di perjalanan baru kami tahu alasannya.
Semakin mendekati pulau semakin tenang ombaknya. Sesampainya di pulai kami langsung disambut oleh kawan kuliah Hatta dan Fendi yang kebetulan penduduk Pulai Miang. Kami langsung diantarkan menuju rumahnya untuk beristirahat. Kami menaruh barang dan langsung istirahat di sana sampai jam 12 siang. Tidur balas dendam untuk perjalanan panjang di malam hari sebelumnya.
Makan siang pertama di pulau kami langsung dihidangkan makanan laut hasil tangkapan warga sekitar. Entah sudah berapa lama aku tidak merasakan sensasi ikan yang begitu segar seperti ini. Rasanya begitu lezat dan manis, nikmat sekali. Suasana hangat bisa makan bersama juga membuat hidangan pertama di pulau ini cukup berkesan.
Setelah makan kami lanjut istirahat lagi berhubung masih menunggu kepastian villa yang akan kami gunakan masih digunakan oleh tamu lain. Sampai sore baru kami pindah rumah lagi menuju rumah yang lain yang lebih besar. Jadi hari pertama ini tidak ada kegiatan yang berarti yang kami lakukan, hanya dihabiskan untuk istirahat dan menikmati hidangan laut ala Pulau Miang.
Sore harinya baru kami berenang pertama kalinya. Ini pertama kalinya bagiku setelah sekian lama tidak berenang di laut yang dalam. Biasanya hanya berenang di pantai yang dangkal. Pertama kalinya juga mencoba kacamata diving. Jadi berenang sore ini sebagai bahan latihan sebelum besok kami harus berenang di laut lepas sungguhan, berhubung berenang pertama ini masih di pinggiran pelabuhan.
Rasanya begitu menakutkan berenang di perairan yang tidak bisa menyentuh dasarnya dengan kaki. Aku hanya terbiasa berenang di kolam renang dalam beberapa tahun terakhir. Jadi mencoba berenang di laut dalam seperti ini cukup mendebarkan bagiku. Aku masih suka salah juga saat menggunakan alat diving, membuatku beberapa kali menelan air asin. Selain mencoba berenang, kegiatan berenang sore ini juga untuk tes pembungkus HP untuk merekam di dalam air. Jadi banyak sih yang dicoba.
Pertama kali berada di laut juga membuatku harus mengambil pengalaman terkena luka karena teritip (barnacle). Aku yang tidak tahu tanpa sengaja menempelkan lututku di dinding pelabuhan yang penuh dengan teritip. Luka pertama yang aku dapatkan di pulau ini. Darah segar langsung mengalir dari lututku.
Magrib tiba, waktunya kami kembali ke penginapan untuk bilas, ganti pakaian dan salat magrib. Malamnya kami mendapatkan undangan langsung dari pak RT 01 Pulau Miang untuk makan malam di rumahnya. Aku benar-benar merasakan suasana hangat selama di pulau ini. Orang-orangnya ramah dan rasanya aku sedang tidak berada di daerah yang asing, terasa seperti rumah sendiri dan aku merasa sudah lama tinggal di pulau ini. Obrolan hangat dan panjang pun terjadi selama makan malam ditemani oleh bapak ketua RT.
Setelah makan malam, kegiatan berikutnya adalah menikmati malam di pinggiran laut Pulau Miang sambil menikmati gemerlap bintang. Bulan bersinar terang malam itu. Sayang bulan terang itu juga menjadi satu alasan kami tidak bisa melihat ikan hiu paus sebagai rangkaian perjalanan kami, karena ikan hiu paus hanya bisa ditemui ketika bulan tidak ada. Tapi bisa baring di bawah langit penuh bintang rasanya sudah lebih dari cukup untuk aku. Sambil merasakan sentuhan lembut angit laut. Cuaca benar-benar bagus selama kamu berada di sana.
Di tepi laut itu aku bersama istriku, Hatta, serta Fahri dan istrinya. Selama duduk di sana hanya aku dan Hatta dan banyak ngobrol, sedang yang lain malah tidur karena terlalu nyaman dibelai angin laut. Jadi suasananya tidak dingin, tapi tidak panas juga, terasa begitu pas memang untuk tidur. Jam 12 malam baru kami kembali ke penginapan dan istirahat sebelum besok pindah tempat lagi menuju villa di tengah laut, tujuan utama pergi ke Pulau Miang.
Bangun jam 5 pagi, setelah selesai salat, aku dan istriku langsung bergegas untuk jalan santai pagi di sepanjang dermaga Pulau Miang. Menikmati hangatnya pemandangan matahari terbit di garis cakrawala. Ditemani lembutnya deburan ombak laut pagi yang begitu menenangkan. Setelah matahari cukup panas pada jam 8 lewat, kami memutuskan kembali ke penginapan untuk mandi pagi dan sarapan.
Setelah sarapan, lanjut menyiapkan barang untuk melanjutkan perjalanan menuju villa. Tapi sebelum itu masih harus menunggu kapal jemputan sampai jam 10. Jadi selagi menunggu, kami menikmati waktu dengan nongkrong di warung pinggir pelabuhan. Aku sambil menikmati segelas soda dingin, nikmat banget. Terasa benar menikmati minuman soda lemon dingin dengan cuaca pantai yang begitu cerah terik ini.
Jam 10 kapal jemputan datang, kami langsung naik kapal, dengan tambahan 2 orang lagi temannya Hatta sebagai rekan liburan kami. Perjalanan ke villa memakan waktu sekitar 20 menit. Setelah menaruh barang-barang, kami langsung dibawa lagi menuju beberapa objek wisata laut.
Sedikit membahas tentang villa yang akan kami tempati—tempatnya begitu luas. Terdapat 2 bangunan utama. 1 bangunan berisi tandon air dan juga mesin genset, beserta 1 kamar kecil yang nampaknya adalah tempat anak-anak, soalnya terdapat ranjang susun di dalamnya. Kemudian bangunan utamanya terdiri dari 3 ruangan; 2 kamar dan 1 dapur serta tempat makan. Oh iya, 1 bangunan lagi didedikasikan sebagai surau atau tempat sholat, berbentuk seperti gazebo gitu.
Kunjungan pertama adalah menuju tempat yang dinamakan Busung. Jadi semacam pulau kecil terbuat dari karang begitu. Di sekitarnya terdapat banyak sekali terumbu karang cantik juga dengan ikan-ikan yang hidup di dalamnya. Karena berupa pulau, jadi laut di sekitarnya pun cenderung dangkal.

Cukup lama menghabiskan waktu di Busung untuk foto-foto dan mengambil beberapa video bawah laut. Memuaskan mata juga untuk menikmati betapa indahnya pemandangan bawah laut menggunakan kacamata diving. Berhubung lantai dasarnya adalah karang, jadi harus tetap memakai alas kaki agar tidak merasakan rasa sakitnya menginjak karang dengan kaki telanjang.
Lanjut, destinasi berikutnya adalah Patung Membaca. Sebuah patung orang sedang duduk di kursi dan membaca buku yang diletakkan di bawah laut. Jadi memang objek wisata yang dinikmati seraya diving. Cukup sulit untuk bisa berfoto bersama Patung Membaca ini, berhubung aku sendiri benar-benar tidak punya pengalaman diving sebelumnya. Tapi setelah beberapa kali mencoba dan lagi-lagi terluka oleh teritip, akhirnya aku bisa mendapatkan satu foto bagus bersama dengan Patung Membaca.

Di sini baru merasakan rasanya berenang benar-benar di tengah lautan. Rasanya cukup menakutkan mengingat ini baru pertama kali. Kami tidak pernah benar-benar tahu apa yang ada di bawah sana. Bahkan istrinya Fahri harus undur diri lebih awal karena tersengat oleh bulu ayam (seperti bulu babi juga, cuma terbang). Aku bersyukur bisa membawa istriku berenang di tengah laut, mengingat betapa penakutnya dia mencoba sesuatu yang baru apalagi menakutkan seperti tengah lautan. Tapi setelah terbiasa dia cukup menikmatinya.
Sayang perjalanan ke destinasi ini berakhir tidak menyenangkan untukku, karena aku harus kehilangan kacamataku. Jadi aku harus puas menghabiskan sisa liburan ini dengan pandangan yang tidak bagus. Padahal ketika kembali ke villa, kami disuguhkan oleh pemadangan bawah villa yang begitu indah karena berhias terumbu karang dan anemone yang dihidupi oleh banyak sekali jenis ikan eksotik. Sebut saja ikan badut dan ikan dori, semua ada di sana. Namun keindahannya ini ada jadwalnya, jadi ketika air laut surut dengan kadar yang pas baru bisa melihat pemandangan laut ini dengan utuh. Khususnya pada pukul 13.00 sampai 16.00, ketika matahari tepat berada di atas. Menyinari laut yang sedang dangkal, memperlihatkan semua yang ada di dasarnya.
Sejak siang hingga malam, kami tidak banyak melakukan kegiatan berat. Hanya bersantai menikmati pemandangan laut dan semilir angin. Beberapa teman seperti Holik, Fendi dan Wahyu, memilih untuk memancing. Walau yang didapatkan tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk mereka menghabiskan waktu bersantai.
Malam terakhir kami habiskan untuk bersantai dan menikmati santapan grill. Akhirnya bahan makanan yang dari kemarin kami bawa terpakai di hari ini. Beberapa hari terakhir tidak terpakai karena kami selalu diberi makan. Dalam suasana makan bersama ini pun kami bisa merasakan kembali momen kebersamaan di tengah gelapnya lautan. Sayang aku harus kehilangan kacamata di hari yang indah ini, jadi pengalamannya jadi tidak se-menyenangkan itu.
Sisa malam aku habiskan bersama istriku tercinta untuk deeptalk di tengah deburan ombak malam yang tenang dan di bawah sinar rembulan yang nampak begitu cerah malam itu. Rasanya begitu menyenangkan bisa menghabiskan waktu di tempat yang indah ini bersama orang tercinta dan sahabat-sahabat terbaikku. Aku rasanya tidak ingin pulang selama di sana. Rasanya benar-benar senyaman itu. Walau aku sadar kalau besok kami sudah harus kembali ke Samarinda. Jam 1 diri hari baru kami putuskan untuk masuk kamar dan tidur. Beberapa teman yang masih single memutuskan untuk tidur di hamok dan jaring yang ada di luar. Syukur malam itu tidak ada hujan.
Pagi harinya jam 5, aku dan istriku sudah bangun lebih dulu daripada yang lain. Seperti kami tidak ingin menyiakan 1 detik pun di tempat ini. Sambil ngemil santai, ini hari kedua kami bersantai menanti mentari timbul di cakrawala. Hanya ada kami berdua dan dinginnya pagi itu. Setelah matahari cukup terang, dilanjutkan dengan berenang di tengah lautan untuk terakhir kalinya.
Yang memutuskan untuk berenang di hari terakhir ini hanya aku, Hatta, Fahri dan Wahyu. Teman yang lain nampaknya sudah kehabisan pakaian. Aku juga tidak menyangka kalau kegiatan berenangnya akan sebanyak ini. Aku tau akan banyak, tapi hanya tidak menyangka akan sebanyak ini. Tidak hanya sekali lagi merasakan sensasi berenang di lautan lepas, tapi kali ini sudah merasa lebih terbiasa dari yang sebelumnya. Rasa takut lautan yang aku rasakan sebelumnya, tidak aku rasakan begitu besar lagi hari ini. Bahkan aku menantang rasa takut itu lagi dengan melompat ke laut dari tempat ketinggian.
Setelah sangat puas dengan kegiatan berenang dan pengambilan gambar bawah laut kami, kami memutuskan untuk mandi pagi dan bersiap untuk sarapan. Berhubung para istri sudah selesai dengan kegiatan dapurnya, dan siap menyajikan masakan hangat untuk kami semua. Setelah mandi pun langsung menuju dapur untuk menikmati hidangan terakhir kami di Pulau Miang; nasi goreng dengan toping daging grill sisa semalam yang masih se-gunung.

Kegiatan berikutnya tentu adalah persiapan pulang. Memikirkan akan menempuh perjalanan pulang yang jauh benar-benar membuat lelah. Kami pun dijemput tepat pukul 10.00 pagi dengan kapal yang sama seperti yang mengantar kami. Langsung berangkat menuju dermaga tempat kami menaruh kendaraan kami di hari pertama.
Lanjut selama perjalanan pulang tidak ada yang begitu berkesan maupun halangan yang berarti. Berbeda saat menjalani di malam hari, di siang hari menjalani jadi lebih mudah karena semua kerusakan jalan jadi terlihat jelas, begitupun kerusakan hujan kalimantan yang sudah rusak oleh pertambangan masih batubara. Saat pulang kami hanya mampir di 2 tempat, yaitu di simpang Bengalon dan juga di simpang Sangatta. Di simpang Bengalon untuk makan siang, dan simpang Sangatta untuk makan malamnya. Sampai di Samarinda jam 10 malam. Perjalanan yang santai dan tidak terlalu tergesa. Kalau dengan kecepatan lebih, mungkin hanya 7 jam waktu yang diperlukan.
Sekian pengalaman perjalanan kami menuju Pulau Miang, Sangkulirang. Benar-benar pengalaman yang luar biasa. Kami juga tidak menyangka bisa menghabiskan liburan bersama dengan jarak sejauh ini. Mungkin dari semua, ini yang liburan yang paling jauh. Biasanya kami hanya menghabiskan liburan di Balikpapan. Terlebih ini pertama kalinya menghabiskan liburan bersama teman-teman squad dan para istri.
Aku yakin liburan jauh ini akan menjadi bahan cerita kami untuk beberapa tahun ke depan, karena sungguh pengalaman perdana yang luar biasa menyenangkan. Beberapa hari terakhir pun aku masih membayangkan diriku bersantai di villa tengah laut itu lagi di malam hari.
Kalau kalian juga ingin merasakan pengalaman ini, Pulau Miang ada buka paket open trip untuk minimal 5 orang. Kalian bisa langsung menghubungi WA 085215578059.
0 Response to "Pulau Miang: Trip 3 Hari 2 Malam Di Pulau Eksotis Di Teluk Sangkulirang"
Posting Komentar